Bahan Persekutuan Doa 2 Masa Raya Paskah 2019


setia sampai mati

1.      Saat Teduh Bersama

2.     Nyanyian: NKB 154:1-3

SETIALAH, SETIALAH

Setialah, setialah selama hidupmu.
Ikuti jalan Tuhanmu dengan tetap teguh.
Meski penuh derita di dalam dunia,
tetapi jangan ‘kau gentar, tetap setialah.

Setialah, setialah mengikut Tuhanmu.
Bersaksilah di dunia tentang Penebusmu,
yang mati disalibkan di bukit Golgota,
tetapi Dia bangkitlah, besar kuasa-Nya.

Setialah, setialah menjadi hamba-Nya.
Meski besar rintanganmu, tetap percayalah.
Selalu ‘kau dibimbing ke air yang tentang,
kelak mahkota milikmu, di sorga yang terang.


3.     Pembacaan Mazmur (Mazmur 37:1-6)

4.     Nyanyian: KJ 446:1-2


Setialah
Setialah kepada Tuhanmu, hai kawan yang penat.
Setialah, sokongan-Nya tentu di jalan yang berat.
‘Kan datang Raja yang berjaya
menolong orang yang percaya. Setialah!

Setialah percaya Penebus, percaya janji-Nya.
Setialah, berjuanglah terus di fajar merekah.
Diputuskan-Nya rantai setan:
kau bebas dari kesempatan. Setialah!


5.     Doa

6.     Pembacaan Alkitab (Lukas 22:39-46; Wahyu 2:10)

7.      Renungan

Siapa di antara kita yang tidak takut menderita? Pada umumnya, orang takut menderita. Itulah sebabnya segala hal yang dianggap berdekatan dengan penderitaan berusaha dijauhi. Misalnya, banyak orang yang takut sakit. Karena sakit dianggap penderitaan. Itulah sebabnya begitu juga obat-obatan dan suplemen makanan yang terkait dengan panjang umur, laris manis.

Siapa di antara kita yang tidak takut mati? Pada umumnya, orang takut mati. Itulah sebabnya segala hal yang dianggap berdekatan dengan kematian berusaha dijauhi. Misalnya, banyak orang yang takut menjadi tua. Karena tua dianggap mendekati kematian. Itu sebabnya produk yang dianggap membuat awet muda laris di pasaran.

Takut pada kematian dan penderitaan adalah hal yang wajar, manusiawi. Banyak orang mengalaminya. Bacaan Injil kita hari ini mencatat bagaimana Yesus takut menyongsong penderitaan dan kematian yang akan segera terjadi dalam hidup-Nya. Penginjil Lukas mencatat: ”Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah” (Luk. 22:44). Tentu kita bisa membayangkan, betapa mengerikan penderitaan yang dialami Yesus. Secara mental, Ia sendirian. Para murid meninggalkan-Nya sendirian. Saat Yesus bergumul dalam doa,  murid-murid-Nya tertidur dengan nyenyak (ay. 45), seakan tidak peduli dengan diri-Nya. Yudas mengkhianati Yesus dengan ciuman palsunya (ay. 47). Belum lagi bayangan penderitaan fisik yang akan dialami-Nya. Juga kematian dalam penghinaan melalui salib akan dirasakan-Nya.

Di tengah ketakutan itu, doa menjadi kekuatan Yesus. Doa yang menghadirkan kekuatan penyertaan Bapa melalui malaikat-Nya (ay. 43). Dengan kekuatan itu, Yesus berani menjalani penderitaan dan kematian-Nya.

Keberanian Yesus menghadapi penderitaan dan kematian menjadi inspirasi bagi umat Tuhan yang tidak luput dengan berbagai macam penindasan. Kitab Wahyu ditulis dalam rangka menguatkan orang percaya dalam penderitaan mereka. Dengan tegas penulis Wahyu menyatakan: ”Hendaklah engkau setia sampai mati.”

Ungkapan ”sampai mati” menunjuk pada ketakutan orang pada umumnya. Orang takut menderita, takut mati. Itu berarti, kesetiaan kita diharapkan melampaui rasa takut kita. Rasa takut membuat kesetiaan kita lenyap. Dalam catatan sejarah gereja, ada begitu banyak orang yang berpaling dari Yesus karena takut pada ancaman kematian.

Dan kini rasa takut tetap menghantui kita, bukan saja karena takut mati. Hidup kita dilingkupi oleh rasa takut. Ada ketakutan ekonomi, ketakutan masa depan anak, ketakutan pasangan selingkuh. Ketakutan itu membuat kita tidak setia!

Setia itu berarti tetap berpegang pada Tuhan, apapun yang terjadi. Alkitab kita tidak menyatakan penderitaan akan lenyap dalam hidup kita. Kesusahan akan selalu ada. Sebagaimana Yesus yang mendapatkan kekuatan karena doa, demikianlah Allah akan memberikan kekuatan di tengah derita dan ketakutan kita.

Kesetiaan adalah panggilan kita. Banyak orang berpikir, ia harus sukses. Alkitab mengingatkan yang diminta Tuhan adalah kesetiaan, bukan sekadar hasil berupa kesuksesan. Suatu ketika ibu Teresa pernah ditanya: ”Ibu telah melayani kaum miskin di Kalkuta, India. Tetapi, tahukah Ibu, bahwa masih ada jauh lebih banyak orang miskin yang terabaikan? Apakah Ibu tidak merasa gagal?" Ibu Teresa menjawab, "Anakku, aku tidak dipanggil untuk berhasil, tetapi aku dipanggil untuk setia ...."

Betapa banyak orang berpikir dipanggil Tuhan untuk sukses. Tentu saja pikiran itu salah. Hal ini bukan berarti kita tidak boleh sukses, tetapi sukses adalah bonus, bukan tujuan. Pertanyaan buat kita adalah, apakah kita sudah setia kita pada panggilan Tuhan dalam hidup kita? Sudahkah kita setia sebagai pelayan, sebagai seorang suami, sebagai seorang istri, sebagai seorang anak?

Setia tidak mudah, bahkan langka, tetapi bukan hal yang mustahil. Karena itu belajarlah setia. Amin.

8.     Doa Syafaat

9.     Nyanyian: KJ 446:3-4

Setialah
Setialah! Bertahanlah tetap sehingga kau menang.
Setialah! Selamatmu genap, sesudah berperang.
Meski bertambah marabaya,
t’lah hampir habis susah payan. Setialah!

Setialah kepada Yang Menang, meski maut kautempuh.
Setialah! Sehabis berperang terima upahmu:
mahkota  hidup diberiNya;
Klik disini untuk mendownload