kristus mempersatukan
1.
Saat Teduh Bersama
2.
Nyanyian: KJ 256:1-3
KITA SATU DI DALAM TUHAN
Kita satu di dalam Tuhan, satu G’reja yang
esa.
Marilah bertolong-tolongan, kau dan aku, s’muanya.
Marilah bertolong-tolongan, kau dan aku, s’muanya.
Marilah bertolong-tolongan, kau dan aku, s’muanya.
Marilah bertolong-tolongan, kau dan aku, s’muanya.
Hujan, air, dan matahari Tuhan b’rikan s’muanya,
bulan, bintang memuji-muji memenuhi semesta.
Bulan, bintang memuji-muji memenuhi semesta.
bulan, bintang memuji-muji memenuhi semesta.
Bulan, bintang memuji-muji memenuhi semesta.
Tuhan s’lalu memelihara s’luruh alam semesta,
kita pun disuruh-Nya juga, menyatakan kasih-Nya.
Kita pun disuruh-Nya juga, menyatakan kasih-Nya.
kita pun disuruh-Nya juga, menyatakan kasih-Nya.
Kita pun disuruh-Nya juga, menyatakan kasih-Nya.
3.
Pembacaan Mazmur
(Mazmur 133)
4.
Nyanyian: KJ 249:1-2
Serikat
persaudaraan
Serikat persaudaraan, berdirilah teguh!
Sempurnakan persatuan di dalam Tuhanmu.
Bersama-sama majulah, dikuatkan iman,
berdamai, bersejahtera, dengan pengasihan.
Sempurnakan persatuan di dalam Tuhanmu.
Bersama-sama majulah, dikuatkan iman,
berdamai, bersejahtera, dengan pengasihan.
Serikatmu tetap teguh di atas Alasan,
yaitu satu Tuhanmu, dan satulah iman,
dan satu juga baptisan dan Bapa satulah,
yang olehmu sekalian dipuji, disembah.
yaitu satu Tuhanmu, dan satulah iman,
dan satu juga baptisan dan Bapa satulah,
yang olehmu sekalian dipuji, disembah.
5.
Doa
6.
Pembacaan Alkitab
(Efesus 2:11-22)
7.
Renungan
Tribunnews.com belum ini memberitakan
pengalaman umat beragama yang hidup rukun di Bitung, Sulawesi Utara. Begini
petikan beritanya:
Mengenakan
baju koko, Usman berjabat tangan dengan Reinaldo. Usman baru pulang
dari Salat Id di Masjid Al Muttaqien Girian. Reinaldo yang memakai kameja merah
dan tangannya memegang Alkitab baru akan menuju Gereja Solagratia. Jabat tangan
keduanya akrab dan lama. Disusul cipika - cipiki.
Usman lantas mengajak Reinaldo berkunjung ke rumah. "Sbantar ne (sebentar
ya)," kata dia. Reinaldo membalas
dengan mengacungkan jempol.
… Toleransi antar umat beragama terlihat jelas dalam perayaan Idul Fitri di kota Bitung. Umat Muslim yang baru selesai menjalankan salat Ied berjabat tangan dengan umat Kristen yang baru akan pergi ke Gereja.
Adi salah satu personel Panji Yosua yang menjaga salat Ied mengaku baru
pulang dari Gereja. Ia mengenakan kaos
panji Yosua namun masih mengenakan celana kain dan sepatu pantofel. "Saya berjaga
disini," katanya.
Apa yang
diberitakan koran lokal di atas sangat inspiratif di tengah-tengah keadaan
terkotak-kotaknya masyarakat dalam berbagai macam kelompok identitas. Adalah
sebuah kenyataan orang-orang dalam kelompok-kelompok itu merasa diri lebih baik
dan lebih benar dibandingkan dengan kelompok lain. Ketika pola pikir itu yang
terjadi, maka hancurlah kehidupan kebersamaan kita.
Paulus tidak ingin
kehidupan jemaat yang dilayaninya hancur karena kotak-kotak yang memisahkan
mereka. Pada saat Paulus hidup, ada sekat yang memisahkan persekutuan kristen
terkait dengan hubungan antara orang kristen Yahudi dan orang kristen non
Yahudi. Orang kristen Yahudi merasa diri lebih baik, lebih dekat dengan Yesus,
dari pada orang kristen non Yahudi. Pengalaman Paulus yang berkonflik dengan
Petrus dalam Galatia 2:11-14 menunjukkan betapa hebatnya perseteruan itu.
Perseteruan antara
orang kristen Yahudi dan non Yahudi salah satunya adalah mengenai sunat! Bagi
orang Yahudi, tradisi sunat sudah amat mendarah daging. Sunat seakan menjadi meterai
yang siap membawa mereka pada kerajaan Sorga. Sedangkan orang-orang non Yahudi
tidak mengenal sunat. Bagi orang Yahudi, menjadi kristen berarti disunat. Hal
ini ditolak oleh orang non Yahudi. Perseteruan yang teramat tajam ini
digambarkan Paulus seperti tembok pemisah: tinggi, menyeramkan, dan dingin.
Paulus memberikan
nasihatnya. Bagi Paulus di dalam Kristus tidak boleh ada perseteruan terkait
dengan perbedaan di antara mereka. Itu sebabnya, tembok tinggi menyeramkan itu
telah dirobohkan oleh Tuhan Yesus Kristus melalui jalan penderitaan dak
kematian Yesus demi menyatukan manusia yang berbeda itu. Sekarang, karena karya
penebusan Kristus, umat Tuhan – Yahudi atau non Yahudi – adalah sama di mata
Tuhan! Umat Tuhan adalah sesama anggota keluarga Allah.
Perbedaan memang
tetap ada, tetapi tidak memisahkan. Apa yang berbeda telah direkatkan oleh
Yesus. Yesuslah pemersatu kehidupan persekutuan. Umat Tuhan “yang jauh” dan
“yang dekat” diikat oleh Kristus dalam satu ikatan persaudaraan. Karena
semangat persaudaraan itu, Paulus merasakan sendiri bagaimana konfliknya dengan
Petrus (dan orang kristen Yahudi) telah terselesaikan dengan amat baik.
Dengan menyatakan
telah disatukan di dalam Kristus, itu bukanlah berarti bahwa segalanya menjadi
sama. Tidak! Menjadi satu tidak identik dengan menjadi sama! Artinya perbedaan
tetaplah ada dan harus dihargai! Namun di dalam Kristus perbedaan itu
seharusnya tidak menimbulkan perseteruan. Sebaliknya justru memperkaya umat dalam membangun rumah
Allah. Mungkin kita bisa membayangkannya seperti sebuah rumah yang didirikan
atas bahan-bahan yang berbeda. Batu, pasir, semen, kayu, dan sebagianya
dirangkai sedemikian rupa sehingga menjadi rumah yang kuat dan indah.
Paulus juga
mengingatkan bahwa ciri kehidupan persekutuan di mana Kristus ada di dalamnya
adalah hadirnya damai sejahtera yang ditandai oleh kehidupan yang saling
menghargai. Kalau kita saling menghargai, kehidupan yang membahagiakan akan
kita rasakan. Perbedaan yang ada justru terasa semakin indah ketika kita saling
menghargai. Kalau begitu mengapa kita tidak mulai mencoba? Amin.
8.
Doa Syafaat
9.
Nyanyian: KJ 249:3
Serikat
persaudaraan
Dan masing-masing kamu pun dib’ri anugerah,
supaya kamu bertekun dan rajin bekerja.
Hendaklah hatimu rendah, tahu: Tuhan berpesan
jemaat menurut firman-Nya berkasih-kasihan.
supaya kamu bertekun dan rajin bekerja.
Hendaklah hatimu rendah, tahu: Tuhan berpesan
jemaat menurut firman-Nya berkasih-kasihan.
Klik disini untuk mendownload